Dialog
singkat seekor ayam jantan dan sahabatnya, telur.
Disuatu
senja yang dingin disebuah gubug kayu di tengah padang sabana yang hijau. Tinggal
lah dua makhluk hidup, satu ayam dan satunya lagi telur. Di atas genting gubug
tersebut mereka berdua duduk memandang langit hitam sambil bercakap-cakap
sembari menunggu gerhana bulan yang katanya jatuh pada malam itu. Dua cangkir
kopi hitam pun telah disediakan untuk menambah nikmatnya malam itu.
Telur: Tak terasa... matahari telah terbenam, yang
secara otomatis membuat saudara-saudara kita di seluruh Dunia menjadi tidak
berani keluar rumah.
Ayam: Sesungguhnya
matahari tidak pernah tenggelam atau pun terbit. Bumi lah yang berputar, Lur.
Saudara-saudara kita boleh saja takut dengan malam, karena mereka hanya
mengikuti tradisi turun-temurun dari nenek moyang. Kita tidak, karena kita
beda. Kita adalah penikmat malam, Lur. Duduk rileks di atas gubug, minum kopi
sembari menunggu gerhana bulan.
Telur: Ooo...
Bumi ini berputar, pantas saja aku merasa sedikit pusing...
Ayam: Itu karena
kamu takut ketinggian, Lur. Takut jatuh, takut pecah...
Telur: Ooo... iya
yah...
Ayam: Lur... Aku
heran, mengapa saudara-saudara kita takut pada malam?, padahal bagiku, malam
merupakan suatu keindahan, seperti sebuah lukisan. Kita jadi bisa melihat
burung Elang hitam itu yang sedang terbang mondar-mandir melintasi bulan
purnama. Selain itu, kita juga bisa melihat Serigala yang sedang melonglong di
ujung bukit batu tersebut saat bulan purnama.
Telur: Itu sih
keindahan yang mengancam, Yam...
Ayam: Hahaha...
Bodo amat... setidaknya kita jadi bisa tahu, Lur. Sesuatu yang indah ternyata
bisa juga menjadi ancaman.
Telur: Hmm...
sepertinya sang Elang dan serigala sedang mendekat kearah kita, apakah itu sebuah
ancaman Yam?
Ayam: Hahaha...
kita anggap saja ini bukan ancaman, tapi kesempatan, kesempatan buat kita lebih
mendekat kearah Bulan yang sedang bulat-bulatnya. Kamu ikut bersama sang Elang,
aku bersama sang Serigala.
Dua jam
kemudian, akhirnya Bulan menunjukkan Gerhananya. Genting gubug hanya menyisakan
dua cangkir ampas kopi yang telah disemuti.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar